Jakarta, CNBC Indonesia – TikTok sedang menjadi pusat perhatian di mana-mana. Pasalnya, media sosial asal China itu sudah di ujung tanduk untuk diblokir sepenuhnya di AS.
CEO TikTok, Shou Zi Chew, dengan lantang menegaskan di depan kongres bahwa layanannya bukan antek China. Ia bahkan sesumbar dirinya bukan orang China.
Selain itu, ia mengatakan TikTok bukan perusahaan China, melainkan perusahaan global yang induknya berasal dari China.
Di tengah penegasan non China tersebut, menarik untuk mengulik siapa sebenarnya pemilik TikTok.
Sosok sang pemilik tak lain adalah Zhang Yiming, pendiri ByteDance Technology yang merupakan perusahaan induk TikTok. Zhang merupakan salah satu konglomerat teknologi internet terbesar di China yang dengan cepat melampaui platform media sosial lainnya.
Ia lahir di Longyan, sebuah kota di provinsi Fujian, China, pada 1 April 1983. Melihat tempat lahirnya, maka sah-sah saja mengatakan bahwa Yiming yang kini berusia 39 tahun adalah orang asli China.
Selain sebagai pemilik, Yiming juga menjadi CEO ByteDance. Pada September 2015 lalu, ByteDance meluncurkan TikTok sebagai platform media sosial global.
Namun, jauh sebelum sukses menjadi miliarder, perjalanan Yiming tak selalu mulus. Ia harus berkali-kali gagal dan ditolak oleh investor.
Portofolio aplikasi milik ByteDance termasuk TikTok yang didirikan pada 2012, dan Toutiao, platform konten populer di Tiongkok. ByteDance bernilai US$75 miliar (sekitar Rp 1.171 triliun) dan mendatangkan sekitar 1 miliar pengguna per bulan secara global. Kini TikTok dianggap sebagai salah satu startup paling bernilai di dunia.
Yiming sendiri, menurut Forbes, kini memiliki kekayaan US$ 49,5 miliar atau sekitar Rp 773 triliun. Kini, Zhang sudah melepas jabatannya di Bytedance, dikabarkan karena didesak oleh pemerintah China.
Kerja Palugada
Zhang adalah salah satu generasi milenial Tiongkok yang mengalami reformasi ekonomi China secara langsung. Provinsi asalnya, Fujian di pantai tenggara, merupakan salah satu wilayah paling awal di daratan China yang membuka diri terhadap dunia.
Zhang adalah seorang lulusan dari Universitas Nankai pada tahun 2005, di mana dia mulai mempelajari mikroelektronika sebelum beralih jurusan ke rekayasa perangkat lunak (perangkat lunak).
Setelah lulus, Zhang mendapatkan pekerjaan di sebuah rintisan yang membantunya membangun fondasi untuk perusahaannya sendiri. Dia berkata, “Saya bergabung dengan sebuah perusahaan bernama Kuxun dan saya adalah salah satu karyawan pertama. Saya adalah insinyur biasa pada awalnya, tetapi pada tahun kedua, saya bertanggung jawab atas sekitar 40 hingga 50 orang, serta bertanggung jawab atas teknologi back-end dan tugas lain terkait produk.”
Pengembangan yang cepat dan kemampuan untuk menguasai skill telah membantu mengubah pengusaha muda ini menjadi salah satu pemimpin yang sedang naik daun dekade ini.
Zhang mempelajari nilai dalam semua produknya saat masih menggeluti pekerjaan pertamanya di Kuxun. Ia melanjutkan, “Saat itu, saya bertanggung jawab atas teknologi, tetapi ketika produk mengalami masalah, saya akan aktif berpartisipasi dalam diskusi paket produk. Banyak orang mengatakan bahwa itu bukan tanggung jawab saya. Tapi saya ingin mengatakan: rasa tanggung jawab dan keinginan Anda untuk melakukan sesuatu dengan baik, akan mendorong Anda untuk melakukan lebih banyak hal dan mendapatkan pengalaman berharga”.
Bisa dibilang Zhang menjadi pekerja palugada di rintisan bersakal kecil tersebut. Ia mengatakan bahwa pekerjaan pertamanya itu juga mengajarinya keterampilan penjualan yang kemudian dia gunakan untuk mengembangkan perusahaannya, ByteDance.
“Saya ingat pada akhir tahun 2007, saya pergi menemui klien dengan Direktur Penjualan,” kata Zhang. “Pengalaman ini membuat saya tahu apa itu penjualan yang bagus. Ketika saya mendirikan Toutiao dan merekrut staf, contoh ini banyak membantu saya.”
Pada tahun 2009, Zhang memulai bisnis pertamanya, sebuah situs pencarian properti bernama 99fang.com. Dia keluar dari bisnis tersebut tiga tahun kemudian, tetapi perusahaan itu malah memicu dia untuk berwirausaha. Pada 2012, ia mendirikan ByteDance, sebuah bisnis berbasis di Beijing yang menyediakan layanan agregasi berita.
Pada tahun 2012, Zhang merasa bahwa ponsel pintar China kesulitan menemukan informasi yang relevan di aplikasi seluler dan pengguna raksasa pencarian Baidu menambahkan iklan yang dirahasiakan dengan hasil pencarian.
Zhang memiliki visi untuk mendorong konten yang relevan kepada pengguna dengan menghasilkan rekomendasi oleh kecerdasan buatan yang pada akhirnya melahirkan ByteDance.
Perusahaan memulai di sebuah apartemen Beijing dengan empat kamar tidur tempat tinggal tim dan bekerja di masa-masa awal. Tapi Zhang mengatakan kondisinya cukup baik untuk sebuah startup, dan lingkungannya bagus.
Pengusaha itu mengingat slogan yang pernah dilihatnya di lokasi konstruksi yang berbunyi, ‘tempat kecil, impian besar.’ “Gagasan kami sangat besar. Kita bisa membicarakannya di sebuah apartemen kecil.”
Visinya untuk perusahaan tidak terbatas di China seperti kebanyakan pengusaha. Dia merencanakan untuk memperluas perusahaan dunia. Namun, visi ini tidak dimiliki oleh sebagian besar pemodal ventura. Meski sudah berbagai upaya, ia gagal mendapatkan dana sampai Susquehanna International Group berinvestasi di startup tersebut, melihat potensi proyek tersebut.
Pada Agustus 2012, ByteDance meluncurkan aplikasi berita Toutiao dan menarik lebih dari 13 juta pengguna setiap hari dalam kurun waktu dua tahun. Zhang ingin membuat platform berita yang diberdayakan oleh kecerdasan buatan, berbeda dari mesin pencari Baidu di China.
“Kami mendorong informasi, bukan dengan pertanyaan, melainkan dengan rekomendasi berita,” ujarnya.
“Yang terpenting adalah kami bukan bisnis berita,” kata Zhang.
“Kami lebih menyukai bisnis pencarian atau platform media sosial. Kami melakukan pekerjaan yang sangat inovatif. Kami bukan peniru perusahaan AS, baik dalam produk maupun teknologi.”
Ikuti Budaya Google
Gaya manajemen Zhang dengan ByteDance meniru model perusahaan teknologi AS seperti Microsoft dan Google. Itu termasuk rapat townhall dua bulanan dan melarang karyawan untuk menyebut dia sebagai ‘bos’ atau ‘CEO’, sesuai dengan norma China.
Pada September 2015, ByteDance meluncurkan aplikasi berbagi video TikTok (dikenal sebagai Douyin di Tiongkok) dengan basis penggemar kecil. Produk ini menjadi terkenal di kalangan pengguna Gen Z dan milenial. Tak butuh waktu lama Tiktok menjadi populer di seluruh dunia. ByteDance membeli Musical.ly, layanan media sosial Tiongkok setahun kemudian seharga US$800 juta (sekitar Rp 12 miliar) dan mengintegrasikannya ke dalam TikTok.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Video:Punya Rp 742 T, Pemilik TikTok Orang Terkaya No.2 China
(tib)
.