Solo: Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka meminta sanggar latihan tempat instruktur tekwondo yang menjadi tudingan seksual anak di bawah umur mengajar ditutup. Tidak hanya itu, dia juga meminta segera dibentuk Pengkot Taekwondo baru.

“(Sanggar) Idealnya ditutup dulu, sampai ada Muskot (Musyawarah kota). Keadaan sudah seperti ini, segera di pilih ketua yang baru,” tulisnya, di Solo, Sabtu, 25 Maret 2023.

Atas tuduhan kasus pelecehan seksual anak di bawah umur, Donny Susanto merupakan Ketua Pengkot Taekwondo Solo. Namun demikian, Gibran mengakui belum mengecek ke lokasi sanggar untuk memastikan tutup atau tidak sanggar tersebut.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?

Dia menegaskan akan terus mengawal kasus tersebut hingga tuntas. Pihaknya juga telah memerintahkan dinas terkait untuk memberikan pendampingan pada para korban.

“Kita sudah meminta pada pengurus kota untuk segera dipilih yang baru. Latihan anak-anak tidak mungkin dilarang. Kompetisi harus tetap jalan, karena anak-anaknya memiliki potensi semua. Korban akan kami dampingi, saya bertanggung jawab penuh,” tegasnya.

Sementara itu, Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) Kota Solo menyesalkan kasus yang menyeret Ketua Demisioner Pengkot Solo tersebut.

“Tidak hanya mencederai korban dan keluarga, tapi juga mencederai olahraga taekwondo sendiri. Utamanya Kota Solo yang dikenal jadi kandang macan, lahirnya atlit berpotensi. Ini sangat mencoreng sekali,” beber pelatih senior taekwondo Solo, Tanu Kismanto.

Sebelumnya, seorang instruktur taekwondo ternama di Solo ditangkap polisi setelah ditetapkan sebagai tuduhan kasus pelecehan seksual terhadap sejumlah muridnya.

“Kasusnya bermula saat ayah dari salah satu korban mendatangi kantor kami pekan lalu. Bercerita bahwa anaknya menjadi korban pelecehan seksual pelaku DS ini,” papar Koordinator kuasa hukum korban, Widhi Wicaksono.

Berawal dari korban yang berusia 13 tahun tersebut tidak mau lagi mengikuti kelas taekwondo di sasana yang berada di Kecamatan Banjarsari Solo. Sang ayah kemudian mendesak korban untuk mengatakan alasannya.

Setelah didesak, korban akhirnya mengaku telah mendapatkan perilaku kebencian dari pelaku saat mengikuti kelas taekwondo.

“Dari situ kemudian mereka mendatangi kami dan meminta pendampingan hukum. Kami juga membuka kemungkinan adanya korban lain. Pada akhirnya memang ada korban lain, sampai saat terdeteksi tiga korban dan masih dimungkinkan bertambah,” beber Widhi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id

(NUR)

.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *