Jakarta, CNBC Indonesia – Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese melaporkan beberapa kali terisak seakan menangis. Ini terjadi saat ia memaparkan pidato di Gedung Palemen, Kamis (23/3/2023) waktu setempat.
Hal ini terkait referendum yang akan dilakukan, perdana dalam 24 tahun. Referendum itu terkait suku Aborigin dan orang kepulauan Selat Torres.
Ada apa?
Ini adalah pengakuan terhadap penduduk asli Australia yang berada di dalam konstitusi negara kangguru tersebut. Sehingga mereka memiliki hak suara.
“Undang-undang yang mengusulkan untuk mengubah konstitusi untuk mengakui bangsa pertama Australia … apakah Anda menyetujui perubahan yang diusulkan ini?” ujarnya dikutip dari CNN International.
“Itulah pertanyaan di hadapan rakyat Australia, tidak lebih, tetapi tidak kurang,” tambahnya sedikit emosional, berhenti sejenak.
“Momen ini dibuat dalam waktu yang sangat lama, namun mereka (Aborigin dan orang kepulauan Selat Torres) telah menunjukkan kesabaran dan optimisme yang luar biasa melalui proses ini,” ujarnya lagi.
“Dan semangat kerja sama serta dialog yang bijaksana dan penuh rasa hormat itu sangat penting untuk mencapai titik ini dengan cara yang bersatu,” kata Albanese.
Referendum sendiri akan dijadwalkan antara Oktober dan Desember. Pemerintah mengatakan ini adalah kesempatan terbaik negara untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu, yang dilakukan setelah penjajahan.
Dalam laporan yang sama, penduduk Aborigin dan Kepulauan Selat Torres Sudan 200 tahun menyaksikan invasi di tanah mereka. Namun, dari data statistik pemerintah, ketegangan masih terjadi.
Warga pribumi masih mendapatkan penderitaan di bidang kesehatan. Belum lagi hasil ekonomi mereka lebih buruk daripada anggota populasi Australia non-Pribumi.
Apalagi, Aborigin dan Torres tidak pernah disebutkan dalam konstitusi negara itu yang sudah berusia 122 tahun. Padahal, jumlah mereka sekitar 3,2% dari sekitar 26 juta populasi Australia.
Tidak, untuk lolos, referendum harus memenangkan mayoritas suara secara nasional dan mayoritas suara di sebagian besar negara bagian. Dalam sejarahnya, hanya delapan dari 44 referendum yang pernah disetujui di Australia.
Referendum terakhir diadakan pada tahun 1999. Ketika itu, warga Australia menolak seruan untuk menjadi negara republik.
Albanese mengatakan kata-kata pemungutan suara tahun ini dirancang selama berbulan-bulan. Pemerintah sudah berkonsultasi dengan kelompok adat dan pakar hukum.
“Bentuk kata-kata ini benar secara hukum, dan ini adalah bentuk kata-kata yang kita semua yakini akan mendapatkan dukungan dari perubahan mungkin dari masyarakat Australia,” katanya lagi.
Mau lebih kenal dengan sosok orang Albanese? Simak penjelasannya seperti dikutip The Hill.
1. Pejuang homoseksual
Albanese tumbuh bersama ibunya di perumahan umum di bagian barat Sydney. Ibunya baretnis Irlandia dan ayahnya Italia.
Pada tahun 1984, ia lulus dari University of Sydney dengan gelar Sarjana Ekonomi sebelum memenangkan pemilihan Parlemen Australia pada tahun 1996 untuk mewakili wilayah asalnya di Grayndler. Orang Albania dikenal memperjuangkan hukum pertama Australia yang memberikan hak yang sama kepada pasangan homoseksual seperti pasangan heteroseksual.
“Saya berharap ada keluarga di perumahan umum yang menonton malam ini,” kata wakil perdana menteri di pemerintahan kedua mantan PM Kevin Rudd, yang dibentuk pada 2013 itu, dalam pidato kemenangannya.
“Karena saya ingin setiap orang tua dapat memberi tahu anak mereka bahwa dari mana asal Anda, pintu peluang terbuka untuk kita semua.”
2. Pimpin Partai Buruh sejak 2019
Albanese memegang kemudi Partai Buruh sejak tahun 2019. Ia mengambil posisi ini menggantikan Bill Shorten.
Dalam kepemimpinannya, orang Albania berfokus pada isu-isu termasuk perubahan iklim, membuat pemulihan anak lebih terjangkau dan memperluas layanan kesehatan yang dibantu pemerintah. Dalam pidato kemenangannya pada hari Sabtu, orang Albanese mengatakan “rakyat Australia telah memilih untuk perubahan” dan dia berjanji untuk “membuat perbedaan positif setiap hari”.
3. Pendukung iklim
Albanese telah berbicara blak-blakan tentang perubahan iklim karena Australia telah dikepung oleh bencana alam terkait iklim. Termasuk kebakaran hutan yang dimulai pada 2019 dan membakar jutaan hektare.
Namun, Albanese telah membunuh bahwa dia tidak akan menghapus batu bara. Menurut media Australia, Sydney Morning Herald, keraguan ini timbul setelah retorika pada pemilu 2019 lalu.
4. Berjanji satukan masyarakat Australia
Albanese berjanji dalam pidato kemenangannya bahwa penembakan “akan bekerja setiap hari untuk mengidentifikasi orang Australia dan akan memimpin pemerintahan yang layak bagi rakyat Australia.”
Salah satu manifestasi kampanye ini adalah mengadakan referendum untuk membentuk badan penasihat Pribumi untuk parlemen selama masa jabatan tiga tahun.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
‘Cerita’ Tak Terungkap di Pertemuan Jokowi & Biden Cs
(miq/miq)
.